Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
GorontaloLifestyle

Begini Perjalanan Pemuda Gorontalo Hingga Jadi Scammer di Kamboja

146
×

Begini Perjalanan Pemuda Gorontalo Hingga Jadi Scammer di Kamboja

Sebarkan artikel ini
Keluarga Agus (HO/Ajhon).
Example 468x60

POTRETNEWS.ID, GORONTALO – Agus Hilimi (28), pemuda asal Desa Tolotio, Kecamatan Tibawa, Kabupaten Gorontalo, yang sekarang di Kamboja. Kini berharap bisa pulang ke Indonesia.

Sebelumnya, ia dihubungi temannya yang bernama Ebi, warga Kecamatan Telaga, Kabupaten Gorontalo.

Agus dijanjikan sebuah pekerjaan di Thailand, dengan gaji sebesar Rp9,2 juta per bulan.

Namun, bukannya mendapat pekerjaan sesuai yang diimpikan, ia justru dibawa sampai ke Kamboja.

Saudara Agus, Sasmita Hilimi mengungkapkan, pada 7 Agustus 2025 kemarin, Agus berangkat dari Gorontalo ke Jakarta.

Semua biaya perjalanannya baik administrasi hingga tiket pesawat, sudah ditanggung oleh perusahaan melalui Ebi.

“Gorontalo-Jakarta tiga hari, bikin paspor, terus ke Malaysia,” kata Sasmita saat dimintai keterangannya pada Senin (25/8/2025).

Kemudian, lanjut dia, alasan Agus bikin pasport ke Malaysia untuk liburan. Hal itu terungkap ketika keluarga berkomunikasi dengan Agus selama di Malaysia.

“Itu pun alasan bikin paspor itu cuma mau jalan-jalan ke Malaysia, disuruh berbohong. Selama di Malaysia masih ada komunikasi,” ungkap Sasmita.

Beberapa hari berselang, Agus kemudian melanjutkan perjalanannya. Ia mengira telah tiba di Thailand. Alangkah kagetnya Agus ternyata sudah berada di Kamboja.

“Yang rekrut dia temannya, namanya Ebi. Tiket sudah disiapkan. Ada yang ikut dengan dia, tapi bisa kabur waktu masih di Jakarta,” jelas Sasmita

Karena kebingungan, Agus langsung menghubungi keluarganya di Gorontalo. Ia memberitahu bahwa dia bukan ke Thailand tapi ke Kamboja.

“Waktu dia tiba di Kamboja dia beritahu, ternyata dia bukan ke Thailand, tapi ke Kamboja. Dia shatelock juga. Di juga bilang kalau dia tidak aktif berarti dia ketahuan melapor. Dua hari setelah tiba di Kamboja baru dia kabari keluarga,” terang Sasmita.

Di Kamboja Agus Dipaksa Jadi Scammer

Pekerjaan yang dijanjikan Ebi kepada Agus ternyata bohong. Di Kamboja, Agus dipaksa menjadi scammer atau penipu via media sosial, dan aplikasi.

Ia bekerja di bawah tekanan dan pengawasan penuh. Dalam sehari, Agus diwajibkan mendapat target (korban) melalui WhatsApp, Facebook, dan aplikasi lainnya.

Apabila ia tidak mendapat target, Agus akan dihukum, di lembur kan, didenda, hingga penyiksaan fisik.

“Kerjanya tipu-tipu orang, ada target, kalau tidak capai target ada penyiksaan. Makan di sana sehari sekali, perusahaan yang tangung. Disediakan mess, satu kamar dua orang,” ungkap Agus saat dihubungi melalui sambungan telepon, Senin (25/8/2025).

Upaya Dan Harapan Keluarga

Mengetahui bahwa Agus telah tertipu oleh pekerjaan yang dijanjikan Ebi itu. Sasmita kemudian melaporkan hal ini ke pemerintah desa.

Namun, pemerintah desa tak bisa berbuat apa-apa. Ia kemudian melapor ke polres, tapi diarahkan ke Polda Gorontalo.

“Saya sudah ke pemerintah desa, terus kita ke Polres, dan dialihkan ke Polda Gorontalo. Mereka minta bukti dan kronologisnya dia sampai ke Kamboja. Sebagian [bukti] sudah ada,” ujar Sasmita.

Sebelum Agus pergi, Sasmita sempat menahannya. Ia khawatir akan terjadi sesuatu kepada saudaranya itu, apalagi banyaknya pemberitaan soal korban penipuan lowongan kerja.

Namun, upaya Sasmita untuk menahan saudaranya pegi tak berhasil. Agus tetap berangkat karena tergiur gaji tinggi dan harapan mengubah nasib keluarga.

“Saya sempat ingatkan, tapi dia tetap yakin karena katanya Ebi di sana tidak apa-apa, malah senang di sana, gajinya juga tinggi sehingga dia tergiur,” imbuhnya.

Kini, Agus hanya berharap bisa pulang. Untuk bisa pulang, ia harus membayar denda sebesar Rp50 juta. Itu pun belum ada jaminan dia bakal diizinkan pulang.

“Dia suka pulang, tapi perusahaan minta tebusan Rp50 juta, terus identitas diri semuanya ditahan,” tutur Sasmita.

Oleh sebab itu, Sasmita berharap bantuan pemerintah untuk memulangkan saudaranya ke Gorontalo.

“Jadi kita minta tolong ke pemerintah, pak bupati, pak gubernur, kita minta tolong supaya diberi bantuan agar adik saya bisa pulang,” ucapnya. (*)

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *