Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
GorontaloNasional

Dibalik Tepuk Tangan HUT RI ke-80 di Kabupaten Gorontalo, Terselubung Kisah Perjuangan Paskibraka

77
×

Dibalik Tepuk Tangan HUT RI ke-80 di Kabupaten Gorontalo, Terselubung Kisah Perjuangan Paskibraka

Sebarkan artikel ini
Seluruh rangkaian upacara HUT RI Ke-80 tingkat Kabupaten Gorontalo.
Example 468x60

POTRETNEWS.ID, KABGOR – Tepuk tangan bergemuruh di GOR David-Tony, Minggu (17/8/2025), saat Sang Merah Putih telah berkibar gagah di langit Kabupaten Gorontalo. Upacara peringatan HUT ke-80 Republik Indonesia itu berlangsung khidmat, megah, dan tanpa cela salah apapun.

Namun, di balik kesempurnaan itu, tersimpan kisah perjuangan penuh haru dari putra-putri terbaik daerah, para anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka).

Perjuangan Aura di Balik Senyum Tegarnya

Aura Rizka Maharani Lamato (16) tampak anggun saat melangkah mantap menuju panggung utama.

Siswi MAN 1 Kabupaten Gorontalo itu dipercaya sebagai pembawa baki bendera dalam upacara pengibaran pagi hari. Kendati demikian, di balik senyum tegarnya, ia mengaku dadanya bergetar hebat.

“Perasaan saya campur aduk, takut benderanya jatuh, gugup, sedih, tapi juga senang,” kata Aura lirih.

Latihan keras selama dua minggu seolah membayar semua keraguan itu. Meski pernah hampir terjatuh saat latihan naik-turun tangga, Aura tak menyerah. Hingga pada detik penting itu, ia berhasil menuntaskan amanahnya dengan sempurna.

Luka yang Tak Menggoyahkan Nazwa

Sore harinya, giliran Nazwa Chairunissa Podungge (15) dari SMA Negeri 1 Limboto yang memegang baki bendera. Tidak banyak yang tahu, Nazwa hampir gagal ikut seleksi karena kakinya sempat terluka.

Namun tekadnya lebih kuat daripada rasa sakit. Lima belas hari latihan intensif ia jalani tanpa banyak keluhan.

“Rasanya sangat senang sekali, karena setelah 15 hari latihan, semua terlaksana dengan baik, tanpa hambatan, dan tanpa kesalahan sedikit pun,” ujar Nazwa dengan mata berbinar.

Degup Jantung Hasan

Bagi Hasan I. Matalauni, siswa SMA Negeri 2 Limboto, momen paling mendebarkan bukan saat seleksi, melainkan ketika ia harus membentangkan Sang Merah Putih di hadapan ribuan pasang mata.

“Kesulitannya itu di langkah tegap maju. Tapi lima hari menjelang hari upacara, Alhamdulillah kami bisa melakukannya,” ucap Hasan.

Degup jantungnya semakin kencang ketika kain merah putih itu terbentang. Sejenak ia merasa takut bendera akan terlipat atau terbalik.

Tapi, ketika prosesi berjalan dengan mulus, Hasan merasakan kebanggaan yang sulit ia lukiskan.

“Rasa gugup itu ada, tapi ketika pembentangan tadi sukses dan lancar, Alhamdulillah kami merasa senang, bangga, dan percaya diri,” tambahnya.

Sujud Syukur di Ujung Perjuangan

Usai seluruh prosesi upacara HUT RI ke-80, puluhan anggota Paskibraka bersama Kepala Kesbangpol Kabupaten Gorontalo, Burhan Ismail, larut dalam sujud syukur di lapangan. Air mata mereka pun tampak berlinang bercampur peluh.

“Kita wujudkan rasa syukur ini dengan bersujud di hadapan bendera. Karena berhasil atau tidaknya kegiatan yang kita laksanakan, semua itu atas izin Yang Mahakuasa,” ujar Burhan, terbata menahan haru.

Sujud syukur itulah, menutup kisah panjang perjuangan anak-anak muda yang rela menanggalkan kenyamanan masa remajanya demi sebuah tugas negara.

Bagi mereka, mengibarkan bendera bukan sekadar rutinitas seremonial, tapi juga simbol pengabdian bahwa kemerdekaan dirawat bukan hanya dengan tepuk tangan, melainkan dengan disiplin, pengorbanan, dan keyakinan. (*)

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *